27 Feb 2011

.A.S.I.H.A.T. PARA GURU UNTUK KITA (mana yang akan engkau pilih, mudhorat atau manfaat!?)

N.A.S.I.H.A.T. PARA GURU UNTUK KITA
(mana yang akan engkau pilih, mudhorat atau manfaat!?)


 


Bismillaahirrohmanirrohiim,
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh.



Ikhwaanii wa Akhwaatii yang dirahmati oleh Allah swt…


Kami akan tuturkan kepada kita semua tentang sebuah pengalaman, rasa, dan pengetahuan yang pernah kami alami. Betapa banyak kita tertipu oleh angan-angan semu dan khayalan-khayalan kosong, sehingga kita lalai dengan hakikat yang sebenarnya. Padahal syari’ah telah mengabarkan yang paling baik kepada kita, serta mengingatkan agar tidak terjatuh pada perbuatan hina dina, dan agar kita tidak jatuh pada ladang-ladang kelalaian. Namun akal berada di balik tabir nan tebal dan membutuhkan pada martil kuat yang menggerakkannya hingga dia tersadarkan.


Betapa banyak kita dapatkan para remaja yang berpaling dari masjid, durhaka kepada kedua orangtua, dan lupa tentang masa depannya. Tiba-tiba tanpa di sangka ruhnya dicabut. Keluarganya menjadi nelangsa. Betapa banyak rumah-rumah yang berhiaskan dengan keluarga besar, dan harta melimpah serta famili, namun tiba-tiba bencana dan malapetaka menimpa, dan mereka pun menjadi puing setelah sebelumnya menjadi orang-orang yang terpandang. Astaghfirullaah…


Wahai orang-orang yang ingin menasehati dirinya, janganlah “membelanjakan” umur dengan telapak tangan boros. Janganlah mendistribusikan waktu pada orang-orang pengangguran. Sebab berlalunya waktu, tidak akan pernah kembali.


Demi Allah! Andaikata kita duduk di masjid setelah sholat subuh hingga terbit matahari setiap hari, apakah ini akan menjadikan kita rugi dalam harta dan benda? Tidak! Justru kita akan mendapatkan pahala dan ganjaran serta kebaikan.


Andaikata kita diam sebentar setelah sholat selama 10 menit untuk bertasbih, betapa banyak pahala yang akan di petik, betapa banyak mendapatkan kebaikan, serta betapa banyak kalimat-kalimat indah terangkat kepada Allah?


Kami melihat banyak manusia yang berkumpul di tempat-tempat umum, di tempat-tempat begadang malam, dan di klub-klub dengan maksud untuk menghabiskan waktunya dengan segala kebodohan dan kekejian perkataan yang ada di dalamnya. Dengan tawa dan main-main. Seakan-akan mereka tidak punya perkara besar, atau seakan-akan mereka memilliki kontrak untuk hidup abadi selamanya. Namun tiba-tiba mereka harus ‘diberangkatkan’ dengan kematian yang datang mendekupkan jantung mereka.


Kejujuran itu akan mendatangkan keselamatan, seorang pionir tidak akan pernah membohongi keluarganya. Hakikat itu jauh lebih kuat daripada khayal. Kami telah menasehati diri sendiri, sekaligus kita semua. Sesungguhnya tidaklah tersisa dari umur-umur kita kecuali dia seperti telah lewat atau lebih dari itu. Tidakkah hari ini sama dengan kemarin.


Dimana makanan lezat yang kita makan kemarin? Kita tak dapatkan kelezatannya kini! Dimanakah air dingin yang pernah kita minum itu? Kita tidak lagi merasakan dinginnya. Jika kita lapar, maka seakan kita tidak pernah kenyang, dan jika kita haus seakan kita tidak pernah minum, lalu jika kita sedih, seakan kita tidak pernah gembira.


“Kita menderita selama hitungan zaman karena tak bertemu.
Kala kita bertemu seakan kita tidak pernah menderita.
Kita menangis kala malam-malam datang menjelang.
Tatkala dia lewat dari kita, kita kembali ridha atasnya.”


Bukankah memang demikian adanya?
Wallahua’lam bis-shawab…


 


Barakallaahu fiekum..
Wassalamu’alaykum wr.wb.
Muhammad Dive
Oleh : Dewi Anissa Dive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar