aku benci dengan hujan
memberi basah dan membuat resah
berasa dingin dan sangat membuatku lelah
hujan…
kau memang bedebah
dingin paling terkutuk yang kita punya adalah kesendirian
yang kita hanya sanggup meringkuk di tepi ruangan
merutuk rutuk detak jam yang tak kunjung memutar
menunjuk-nunjuk rindu yang tak pernah memudar
aku bosan dengan kesendirian
benci dengan ruang
dua kata yang akan membunuhku
percuma hanya bisa meringkuk dalam rindu
Persetan !!
kita pernah berkunjung ke ranah kata
kata berhamburan dan berserakan
tak tentu arah
padahal kita tahu itu adalah dera yang kedua
setelah luka yang tak kunjung ada penawarnya
maaf!!!
apa sebaiknya aku membunuhmu lewat kesendirian dan ruang saja?
itu lebih baik
dari pada kamu hanya melihatku
membiarkanku terdiam
membeku dan membisu dalam gelap
ruangan ini senyap pengap
aku tak mau mati pelan-pelan
maukah kau membunuhku
sekelebat duka adalah pisau tertajam yang aku punya
aku tak tahu menghujamkannya kemana
hatimu terlau teduh untuk tertusuk oleh luka
kau tahu aku begitu mencintaimu
tapi aku butuh ketajaman pisaumu
tancapkan disini
hujamkan sedalam rindu agar aku cepat mati
dan tak kan bisa merasa dan melihat apa-apa lagi
tanpamu aku adalah debu
menggumpal oleh setitik rintik
aku ada untuk menjagamu
bukan memotong nadi yang berdenyut seiring nadanada
aku hampir kehabisan darah
detak ini sudah melemah
kasihani aku
bunuh saja diriku secepatnya
atau
bisakah kau beri sedenyut nada untukku
agar aku bisa merangkai kata
dan melangkah menujumu
aku adalah desahmu
bangun dan kecup aku
beri sentuhanmu untukku
agar aku punya kekuatan untuk mengecupmu
Ditulis oleh : Fera Nuraini dan (sementara) Mas Lingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar