18 Jan 2011

Pemakzulan SBY, Reformasi Jilid 2.......

Pemakzulan SBY, Reformasi Jilid 2



Menyusul tudingan SBY melakukan kebohongan pubik, pertemuan SBY-Tokoh Lintas Agama digelar di Istana tadi malam (17/1). Pertemuan berlangsung tertutup.


Pertemuan antara Presiden RI dan sembilan tokoh agama, Senin malam, seharusnya tak perlu diadakan. Undangan pertemuan yang digagas Presiden SBY kepada para Tokoh Agama dilayangkan setelah lontaran kritik keras yang disampaikan pekan lalu. Pemerintah dinilai berbohong. Sebenarnya, pemerintah hanya perlu mengevaluasi diri dan menindaklanjuti kritikan yang disampaikan. Pertemuan malam tadi menunjukkan bahwa Presiden sebagai pemimpin pemerintahan terganggu dengan stigma ‘bohong’ yang disampaikan para tokoh agama tersebut.


Pertemuan antara pemerintah dan para tokoh agama seharusnya bisa digelar secara rutin jika ingin menjalin komunikasi yang baik dengan akar rumput. Oleh karena itu, pertemuan nanti malam harus menjadi wujud silaturahmi antara rakyat dan pemerintah untuk mencari solusi.


Bila pertemuan ini sekedar klairifikasi dalam rangka pencitraan semata, pemerintah seharusnya tak meributkan penggunaan kata ‘bohong’. Pemerintah diimbau untuk mencermati substansi kritik yang disampaikan para tokoh agama. Daripada mempertentangkan kata ‘bohong’, lebih baik fokus memberikan solusi mengatasi soal hukum, HAM, keamanan, ekonomi, pendidikan, sembako dan lain-lain.


Namun, kita perlu mengapresiasi langkah positif Presiden SBY yang mengundang para tokoh agama untuk berdialog malam tadi. Kita berharap, pertemuan tersebut bisa menghasilkan keputusan yang berkontribusi pada terpecahkannya berbagai permasalahan bangsa. Tidak saja hanya berakhir dengan 12 Instruksi Presiden SBY.


Kritik keras tokoh agama itu tak berlandaskan kebencian, tetapi lebih karena cintanya kepada negara dan bangsa ini.


Pernyataan 100 Tokoh


Seratus tokoh politik dan lembaga swadaya masyarakat mencanangkan tahun 2011 sebagai Tahun Kebenaran. Deklarasi ini digelar dalam acara bertajuk Pertemuan Meja Bundar di Gedung Juang, Menteng, Jakarta.


Pertemuan 100 Tokoh Pergerakan pimpinan ekonom senior Dr. Rizal Ramli. Kelompok ini bahkan terang-terangan menyatakan menginginkan pemakzulan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai pertemuan 100 Tokoh muncul antara lain karena faktor sakit hati dan ketidakpuasan dari partai-partai yang kalah pada Pemilu 2009. “Koalisi ternyata tidak bisa jadi jaminan karena ada anggota partai koalisi yang ikut dalam gerakan 100 Tokoh itu,” katanya (kompas.com).


Namun bola sudah bergulir, polemik merebak. Pertemuan lebih dari 100 tokoh pergerakan itu untuk menyikapi kebohongan pemerintah, kita berharap pihak-pihak dalam pertemuan itu, jangan terlalu beretorika. Selanjutnya pemerintah harus lebih sigap terhadap tekanan politik ini dengan memberikan bukti bukan janji.


Pemakzulan Presiden SBY


Angin kecang bertajuk ‘pemakzulan’ semakin gemuruh menuju istana. ketukan palu MK telah membuat hak menyatakan pendapat menjadi lebih mudah digolkan oleh DPR. Bila sebelumnya diperlukan kehadiran minimal 3/4 anggota DPR untuk mengesahkan hak menyatakan pendapat, kini hanya diperlukan 2/3 dari keseluruhan anggota. Dengan kata lain, cukup mayoritas sederhana untuk mengefektifkan hak tertinggi yang dimiliki DPR itu.


Analisis menggunakan “kalkulator poltik”:


Hak mengajukan pendapat cukup 2/3 dan pengambilan keputusan dari 2/3 yang hadir. Artinya 2/3 dari 2/3 = 4/9 artinya lebih kecil dari mayoritas sederhana. Tekanan pemakzulan menjadi ‘lebih terbuka’.


Lantas, apakah hak menyatakan pendapat yang lebih mudah digunakan, akan menggiring DPR menekan pemerintah lebih keras guna menyelesaikan kasus Century? Belum tentu. Itu tergantung partai-partai yang ada di DPR, apakah mereka berkehendak atau tidak.


Seperti yang saya tulis dalam postingan sebelumnya, DPR menjadi lebih angkuh. Segala tindakannya sulit dibendung oleh pemerintah. Bila “Orang-orang” pemerintah di DPR kurang lihai dalam memainkan drama di panggung DPR, sangat mungkin pemakzulan SBY akan lolos. Fraksi Partai Demokrat kurang mampu melakukan pendekatan kepada anggota dari fraksi Partai seniornya. Akibatnya, mereka tidak mampu menjalankan peran sebagai “benteng” pemerintah.


Reformasi Jilid 2?


Reformasi jilid 2 yang dimaksud adalah ‘revolusi’ pemerintahan seperti gejolak politik 1998 pasca lengser keprabon-nya Presiden Soeharto. Berbicara masalah reformasi jilid 2, ada dua hal yang mungkin terjadi.


Pertama, reformasi jilid 2 dilakukan oleh presiden SBY. Hal ini sama ketika tahun 1998, ketika presiden soeharto menginginkan dirinya memimpin reformasi. Sayangnya proses ini gagal karena legitimasi Presiden Soeharto telah hilang. Kini Presiden SBY masih legitimate. Kiranya masih ada waktu untuk mempimpin reformasi jilid 2.


Tindakan SBY bisa dimulai dengan merombak kabinet. Menteri-menteri yang memiliki rapor merah segera diganti. Selanjutnya adalah menuntaskan kasus-kasus besar, seperti Bank Century, Gayus dan tudingan kebohonan publik yang lebih spesifik dalam mengancam legitimasi pemerintahan SBY.


Kedua, reformasi jilid 2 dilakukan oleh “pengganti SBY’. Kondisi ini tentu mengguncang stabilitas nasional. Kalkulasi politik dan ekonomi yang menghasilkan tingkat kerugian paling kecil adalah mengulang sejarah reformasi jilid 1, yakni menyerahkan kekuasaan kepada Boediono. Tingkat resistensi politik terhadap Boediono relatif kecil.


Sang “Joko Piningit” yang bernama Boediono lebih mungkin dalam menyelesaikan permasalahan legitimasi pemerintahan bila situasi politik Indonesia gonjang-ganjing. “Suksesi abnormal” kepemimpinan nasional yang berulang kali tercatat dalam sejarah Indonesia, hendaknya tidak terulang. Suksesi kepemimpinan Presiden Soekarno-Soeharto, Soeharto-Habibie jangan sampai terulang kembali. Kita tidak ingin terjadi “suksesi abnormal” SBY-Boediono.


Masih ada waktu bagi SBY…


Salam


**** Penulis aktif di Dumala Pustaka ****

6 komentar:

  1. Pelacur-pelacur remaja marak karena mereka dan orangtua mereka bertambah miskin dalam pemerintahan presiden sekarang. Presiden itu tidak perduli. Lihat halaman depan Kompas hari ini (27 Januari 2011). Prostitusi remaja di Jakarta. Tapi presidennya suka kok jalan-jalan ke luar negeri. cihuiii … tujuh remaja berumur 13-16 tahun di kelurahan Manggarai, kecamatan Tebet, Jaksel, masuk jaringan prostitusi dimotori tetangga mereka, Dede. Dede menghubungkan remaja ini dengan pemesan. Kegiatan ini terbongkar polisi. Dede dijadikan tersangka. Kita lantas bertanya-tanya maraknya busung lapar di Nusa Tenggara, idiot sekampung di Balong yang menjadi-jadi dll, pasti ada hubungannya dengan pemerintahan SBY. Jelas semua akibat kemiskinan yang dibiarkan menjadi-jadi oleh presiden. Jangankan hukum dibenahi. Ekonomi saja tidak. Mereka perlu makan, perlu sekolah, perlu kuliah gratis atau murah. Di negeri ini semuanya mahal. Presiden tidak pernah memikirkan rakyatnya. Cihuiii enak jalan-jalan terus ke luar negeri. Presiden semalam di Zurich, Swiss, sebelum ke Davos. Beserta rombongan tiba di Bandara Internasional Zurich, Rabu (26/1/2011) pukul 9 malam. Enak jalan-jalan ke luar negeri, gratis, semua dibayar negara dapat bonus lagi. Gaji pokok tetap utuh, masih akan dinaikkan juga tahun depan. Ada koin untuk presiden lagi. Kenapa presiden itu cuek, tidak pernah mikirin rakyat, ada apa rupanya, kacau kali. (Ibu Lina Hutabarat).

    BalasHapus
  2. Zaimah binti Abdl. Mutholib27 Januari 2011 pukul 10.06

    Abang dan kakak, janganlah opini benar ini dihapus. Lebih baik share sahaja dengan teman-teman lain. Berjudul: Kemunafikan kelicikan media televisyen Indon(esia), atau, "Pandai"

    Media televisyen memainkan peranan. Sudut pandang dibuat selalu tumpul (mengapung). "Teruk" sangat bila kita tengok selalu liputan televisyen-televisyen swasta negeri jiran macam Metro TV juga mengenai sebuah kampung idiot di Balong. Macam mana kita menilai. Liputan tersebut diatur tumpul sahaja iaitu dengan menarik ke masa lampau bahawa idiotisme warga Balong itu bukan kerana keadaan baru-baru ini melainkan sudah lama sejak tahun 1980an.

    Apa maknanya ini? Ini bermakna bukan kerana peemrintah (kerajaan) hari ini dalam SBY tetapi kerana kerajaan-kerajaan terdahulu. Kerajaan SBY sekarang dicuba diamankan terlepas banyak kekurangan dan kesalahan. Kumpulan-kumpulan lintas beragama negeri jiran tu cuba dan bermaksud menunjokkan terang pada kerajaan bahawa yalah penting memulakan kesejahteraan seluruh penduduk merata dan dengan sistem pengawasan yang benar. Televisyen-televisyen pemberitaan itu kurang membela kumpulan tersebut.

    Pabila macam ni terus-terusan, pemberantasan pelbagai mafia dan pelbagai soalan apapun yang lain di negeri jiran tu nak mentah lagi dan tak nak mungkin terselesaikan. Televisyen-televisyen tu kerana tidak ambil sikap terang melainkan selalu membuat samara dan mengapungkan sendiri cerita daripada pemberitaannya. Nilai cerita nol besar dan mereka rupanya turut mempermainkan perasaan masyarakat tu.

    Sedikit sangat wartawan televisyen negeri tu berpengetahuan jurnalisme yang membuat terang bagi membela warganya. Mereka pandai mengulas tak, pada isu-isu penting dan terhad macam isu idiotisme Balong menjadi sorotan yang nak membuat masyarakat boleh tarik kesimpulan bahawa kerajaan nak tertuding, dan justeru menumpul.

    Berlaku justeru wartawan televisyen tampak menyerang nara sumber, macam yang berlaku terhadap aktivis Jhonson Panjaitan, walaupun wartawan tu langsung berdalih dan menyangkal.

    Televisyen-televisyen jiran tu tiap hari mengulas pelbagai hal panas namun pabila diteliti tak ada makna ulasannya penting dalam begitu banyak cerita yang dibuat. Mereka memiliki human resources baik, tetapi tidak cukop dilatih ambil sudut pandang yang menunjokkan pada sebuah kebenaran terang. Mereka pun berani tak.

    Pemilik televisyen, sementara, berkepentingan suatu masalah besar tetap direka mengapung tumpul, sehingga segala masalah mentah lagi. Di belakang pemilik televisyen-teelvisyen tampaknya ada pula orang parti politik kuat atau mantan. Tetapi yang mengandungi wang itu yalah pebisnez-pebisnez etnik Cina, macam di Malaysia juga, mereka pemegang asset-aset penting. Seakan-akan ambil peduli pada rakyat tetapi bukan itu tujun dan sesungguhnya.

    Isu dibuat dan ditulis seakan-akan membela rakyat, tetapi semata jualan pengkhabaran. Semata mengeruk keuntungan iklan sebesar-besarnya, tentu dengan isu-isu panas sangat mengaduk-aduk peraasan rakyat yang merindukan mimpi yang tak kunjung datang.

    Pepatah berkata: "Belanda harus dibuat jauh". Liputan sekana-akan menuju provokesyen, protes-protes besar ataupun rusuhan meluas, tetapi begitu menajam maka mereka dinginkan lagi. Katanya kerana diancam via telepon. Macam tulah etnik Cina negeri jiran tu, pandai. Orang bumiputera di Indonesia pasti kalah cara dalam berfikir. Otak mereka, pun otak kita, tidak sampai ke sudut puncak sana. [Pabila punya opini lain, sila majukan ke kami: zaimahbintiabdulmutholib@msckl.my ]

    BalasHapus
  3. Tak baik dihapus, Kakak atau Abang yang baik hati, lebih baik kalau di-share ke kawan-kawan terdekat. Biarlah mereka tambah wawasan.

    Menkominfo Lagi-lagi Berkelit

    KELASMENENGAH.com – Menkominfo Tifatul Sembiring berkelit lagi. Sampai hari ini pengguna internet di Indonesia tidak cuma twitter tetap dipantau ketat oleh pemerintah antara lain dari Kemkominfo. “Indonesia masih seperti negara totaliter negara komunis,” kata aktivis HAM yang tidak mau disebut identitasnya.

    Menurut aktivis tersebut pemerintah diam-diam tetap memantau dan memblokir informasi yang dikirim melalui internet oleh para aktivis ke lembaga-lembaga penting internasional seperti lembaga-lembaga di bawah PBB dan dinas-dinas interlijen asing. Sebelumnya Tifatul menegaskan pemerintah ingin memblokir situs pornogarfi saja.

    Kepada detik.com Jumat (28/1/2011) Tifatul mengatakan pemerintah tidak menutup situs microblogging twitter di Indonesia. Itu berarti pemblokiran masih dilakukan terhadap komunikasi internet yang lain.

    Seorang pengamat Barat yang tidak mau disebut identitasnya mengatakan sejumlah aktivis HAM Indonesia prihatin dengan masih banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia. “Mereka peniup peluit yang baik untuk kami sehingga kami tahu dari sumber-sumber pihak ketiga itu soal berbagai pelanggaran HAM disini,” katanya.

    Pengamat tersebut menambahkan komunikasi internet tidak hanya twitter tidak boleh diblokir rezim manapun apalagi hanya oleh seorang menteri.

    Seperti dilansir detik.com, Tifatul sepertinya tetap berkelit dengan mengatakan Indonesia adalah negara terbuka yang memberikan kesempatan setiap orang untuk bebas bicara. "Kita tidak akan menutup, twitter itu sosial media. Itu kan saluran saja, sama dengan yang lain," kata Tifatul.

    Sejumlah pengguna internet di Indonesia yang aktif memantau dan memberikan laporan berkala kepada lembaga-lembaga internasional mengaku mereka ingin bukti bukan teori maupun janji.

    Mereka mengaku sulit mengakses situs institusi dan intelijen global penting seperti Amnesty International, UNHCR, CIA Amerika, MI6 Inggris, FSB Rusia dan lainnya, yang dahulu mudah diakses di Indonesia. “Situs-situs itu kini hanya bisa diakses dari luar negeri misalnya dari Singapura,” katanya. (rgs).

    BalasHapus
  4. Saatnya mahasiswa seluruh Indonesia bersatu dan melawan MUI, sisa-sisa Orba. Betul Mbak, beraninya sama Ahmadiyah lokal. Berani enggak dengan Ahmadiyyah internasional. Mereka legal, dan baik-baik saja. Lihat ke sini: http://www.mta.tv/

    Jangan-jangan preman yang dikendalikan oknum-oknum polisi dan oknum di FPI itu hanya ingin mendapatkan uang bagian penyiaran aliran agama yang cukup besar, tidak besar-besar amat juga, yang diberikan oleh orang-orang cabang Ahamdiyah Indonesia. Orang cari makan saja dan ketenangan hidup masih juga diperas. Benar, orang bilang, Indonesia adalah negara preman dengan Presiden yang cuek bebek dan hanya jual kata-kata pernyataan, tanpa berani memecat Kapolri baru. Presiden macam apaan. Atau harusnya orang-orang dan MUI, sisa-sisa Orba itu, harusnya dibubarkan saja.

    BalasHapus
  5. Numpang lewat. Jangan dihapus.

    Seluruh mahasiswa dan kaum intelektual Indonesia, saatnya melihat apa pemilu yang lalu juga murni suara rakyat?

    Horeee… Husni Mubarak akhirnya lengser. Kapan dengan Indonesia? Setiap pemimpin yang tidak pro rakyat, membiarkan rakyat teraniaya, membiarkan preman main kekerasan, tidak mau ambil sikap, pura-pura tak tahu, melakukan kebohongan publik, demokrasi palsu, harus lengser atau dilengserkan segera. Hidup rakyat Mesir!

    Kapan dengan Indonesia? Ini bukan lagi soal 30 tahun. Jangan biarkan keledai melenggang melanjutkan kekuasaan tidak sah dari money politic dari bank century.

    BalasHapus
  6. Behhhh, oalaaah, haiyaaaa….. dagang nyawa anak rakyat untuk mendapat anggaran lalu dikorupsi sama-sama. Oalaaaah, anak kecil masih TK juga tahu, itu kan cara jenderal-jenderal nakal di kepolisian mendapatkan daya-tawar agar disediakan anggaran keamanan atas nama macam-macam. DPR harus tahu itu, SBY juga harus tahu itu, sebab sponsor anggaran anti terorisme dari Amerika sudah berkurang, sebab Amerika sendiri susah ekonomi. SBY dan DPR tidak boleh mengabulkan anggaran yang akhirnya akan hilang masuk kantong, dikolupsiiii. Buang saja oknum-oknum jenderal curang nan korup itu, haiyaaaaa… Begitulah manusia pejabat di negerimu, behhhh. Oalaaah, haiyaaaa….

    BalasHapus