17 Jan 2011

Kebohongan Sistemik; Kamu Ketahuan…!.........Andi Harianto

Kebohongan Sistemik; Kamu Ketahuan…!


OPINI | 17 January 2011 | 09:071018 25 2 dari 3 Kompasianer menilai Aktual.
Menutupi kebohongan dengan kebohongan baru, akan berbuah kebohongan besar. Tidak diungkap, justru bisa berbalik seperti seolah kebenaran terang. Kabar terbaru, Presiden SBY akan memimpin Rapat Terbatas, khusus Polhukam. Salah satunya membahas Gayus sebagai agenda pertemuan. Semoga pertemuan ini, (dari beberapa kali pertemuan) tentang Gayus, sudah bisa membuktikan bahwa pemerintahan SBY tidak ‘bohong’ akan keseriusannya memberantas Mafia Hukum.



Kalau dilihat dari intensitas pertemuan membahas Gayus seorang dan dibentuknya Satgas Anti Mafia Hukum, sepertinya ini serius. Aneh memang, karena rangkaian usaha itu sepertinya seolah hanya merespon temuan publik. Foto Gayus di Bali, itu hasil jepretan wartawan kompas. Kisah plesirannya ke luar negeri juga terungkap karena SDP Devina di harian kompas.


Adapaun tentang awal munculnya mafia pajak, itu juga karena Susno Duadji yang kini sudah di tahan. Rekening gendut Polri?, itu karena ICW. Walau aktifisnya Tama, sempat babak belur dianiaya. Entah oleh siapa, karena kasusnya kembali kabur. Apalagi kasus pembunuhan Munir. Kalau tentang kasus Antashari Azhar, Susno Duadji, Cicak Buaya, Teroris, sepertinya memang itu usaha keras Kapolri. Salut.


Kenapa aneh? Karena setelah terungkap kasus plesiran ke Bali, Kapolri buru-buru berjanji akan menuntaskan dalam jangka sepuluh hari. Belum tuntas dan masih membingungkan, muncul lagi foto wisata Gayus ke Luar Negeri. Denny Indrayana, Sekretaris Satgas buru-buru memposting foto paspor Gayus di akun tweeternya. Apa maksudnya? Kok, Satgas bentukan presiden itu tidak mengobrak-abrik polisi yang membebaskan Gayus, siapa sponsornya?.


Lebih lucu lagi, Polisi sepertinya serius sekali hendak mencekal Milana Angraeni Istri Gayus, menemukan pemalsu paspor, mendapatkan inisial sponsor dan (baru) akan melacak pengusaha penyuap Gayus. Keimigrasian kena getahnya. Kenapa bukan polisi saja lebih dulu diperiksa. Bisa ditebak, polisi itulah yang memeriksa. Tidakkah aneh, “jeruk makan jeruk?”


Lalu mengapa ketika Sembilan tokoh agama menyerukan untuk melawan kebohongan pemerintah, ditanggapi dengan sangat serius oleh presiden. Ahmad Mubarak, menganggap bahwa pernyataan tokoh agama itu memakai terminology politik. Juga memberi pernyataan, bahwa para tokoh agama itu ada juga politisi. Tokoh yang gagal dilamar jadi Capres (Din Syamsuddin). Ada juga mantan Capres (Gus Sholah). Demikian kira-kira, yang bisa saya tangkap dalam sesi dialog antara Rizal Ramli dan politisi Demokrat ini di TV One, semalam (16/1/2011).


Ruhut Sitompul, sebelumnya juga menganggap bahwa pertemuan tokoh agama itu akan menciptkan kegamangan di tengah masyarakat Indonesia, “Rasanya, tak pantas hal seperti itu keluar dari mulut pemuka Agama yang menjadi panutan masyarakat,” demikian kata Ruhut. Nah, sebenarnya siapa yang sering menciptakan kegamangan dan kebingungan. Bukankah Ruhut salah satunya? Politisi memang lihai memainkan lidah. Tetapi patut diingat, bahwa rakyat Indonesia sulit untuk dibuat lupa. Walau saya sediri kadang bosan dengan berita politik dan hukum seperti ini.


Kembali ke masalaha HERAN. Saya teringat ketika kasus century saat lagi panas-panasnya. Protes lawan politik Partai Demokrat selalu saja diarahkan bahwa itu karena ‘sakit hati’. Jikalau tokoh agama-agama itu juga dianggap sakit hati, berarti bahkan tokoh agama pun adalah lawan pemerintah. Kalau pertarungan kajian akademisi dan ahli ekonomi, membingungkan rakyat saat pansus panas (tahi ayam) itu digelar. Saya menebak saja, akan muncul pernyataan tokoh agama tandingan yang akan mendukung pemerintah. Minimal dari majelis zikir. Politisi, yang katanya selain suka ‘berbohong’, juga senang memunculkan tandingan-tandingan wacana.


Kebohongan yang diulang-ulang, memang akan bisa terlihat sebuah kebenaran. Seperti misalnya kasus senjata pemusnah massal yang dituduhkan George Bush Junior kepada Irak yang hingga kini tidak terbukti, dan mulai dianggap kebohongan besar. Itu baru satu kebohongan. Kalau benar 18 kebohongan pemerintah itu terbukti, berarti sungguh banyak kebohongan yang telah menipu rakyat Indonesia. Saya berharap pemerintah SBY bisa mengklarifikasinya satu persatu. Mengakuinya kalau itu benar. Ngeles dengan menutupnya dengan kebohongan baru, tidak akan menyelesaikan masalah.


Kasus Century adalah bukti, kebohongan yang berdampak ‘sistemik’. Menurut Benny Kabur Harman, kasus Gayus bisa menguncang stabilitas Negara. Itu yang dia kutip dari mantan Kapolri Hendarso Daduri. Belakangan buru-buru dia mengklarifikasi (untuk tidak mengatakan ngeles), bahwa menurutnya, pernyataan itu hanyalah ungkapan pribadi dia setelah mendengar pernyataan Mantan Kapolri itu. Sangat Banyak kasus ngeles politisi yang dipertontonkan kepada kita. (berita di SINI)


Akh, sepertinya saya bosan bercerita tentang kebohongan. Jangan-jangan kalau kebohongan itu semakin banyak, kita malahan bosan menceritakannya. Hanya satu, yang ingin saya tagih untuk saat ini Presiden, “Mana HP yang dijanjikan untuk TKI itu Pak?” Walau janji ini terkesan lucu, patut untuk ditagih karena tetap saja TKI disiksa setelah janji ini dipidatokan. Seperti lucunya DPR yang sudah lima kali merevisi anggaran pembangunan kantor DPR. Ngebet, banget sih bangun kolam renang? !..................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar