28 Feb 2011

Ukhti.........

Ukhti...
oleh The Nur Of Islam (Cahaya Islam) pada 23 September 2010 jam 21:04
Ukhtiku… Sesungguhnya kejadianmu terlalu unik, tercipta daripada tulang rusuk Adam yang bengkok menghiasi taman-taman indah lantas menjadi perhatian sang kumbang. Kau seumpama sekuntum bunga, harum aromamu bisa menarik perhatian sang kumbang untuk mendekatimu. Namun…tidak semua bunga senang untuk didekati oleh sang kumbang lantaran duri yang memagari diri, umpama mawar merah, dari kejauhan sudah terhirup akan keharumannya serta panahan warnanya yang terlihat indah mengundang kekaguman kepada sang kumbang..tapi awas..duri yang melingkari dirinya bisa membuatkan sang kumbang berfikir beberapa kali sebelum mendekatinya.

Ukhtiku… Aku suka sekirannya kau seperti mawar aspirasi setiap mujahadah. Bentengilah kalbu dirimu dengan perasaan malu yang tertanam rasa keimanan dan keindahan taqwa kepada Allah. Hiasilah wajahmu dengan air wudhu. Sesuatu yang tertutup itu lebih berharga jika dibandingkan dengan sesuatu yang terdedah…umpama sebutir permata yang didedahkan untuk perhatian umum dengan permata yang diletakkan dalam satu bekas yang tertutup…sudah pasti keinginan diri kuat untuk melihat permata yang tersembunyi tapi tentulah melebihi daripada yang terdedah. Wanita solehah yang taat dan patuh kepada Al-Khaliq dalam melayari liku-liku kehidupannya adalah harapan setiap insan yang bernama Adam. Namun, segalanya memerlukan pengorbanan dan mujahadah yang tinggi karena bertentangan dengan nafsu serakah yang bersarang di dalam dirimu lebih-lebih lagi ‘title’ gadis yang engkau miliki, sudah pastinya darah mudamu mencabar rasa keimanan yang ada. Namun ingatlah Ukhtiku…, sesiapa yang inginkan kebaikan maka Allah pasti akan memudahkan baginya jalan-jalan kearah itu. Yang paling penting Ukhtiku… engkau mestilah mempunyai azam, usaha dan istiqamah.

Ukhtiku… Seandainya pakaian malumu kau lepaskan dari tubuhmu maka sudah tidak ada lagi perisai yang dapat membentengimu. Sesungguhnya Nabi S.A.W mengatakan tentang bahaya dirimu “Tidak ada suatu fitnah yang lebih besar yang lebih bermaharajalela selepas wafatku terhadap kaum lelaki selain fitnah wanita”. Oleh itu Ukhtiku…, setiap langkah dan tindakanmu hendaklah berpedomankan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Jangan biarkan orang lain mengeksploitasi dirimu untuk kepentingan tertentu. Sesungguhnya Allah telah mengangkat martabatmu sebaris dengan kaum Adam, kau harapan ummah dalam melahirkan para mujahid dan mujahidah yang bisa menggoncangkan dunia dengan sentuhan lembut tanganmu.


Ukhtiku… Dalam hidupmu engkau pastinya ingin disayangi dan menyayangi, itulah fitrah semula jadi setiap insan, namun banyak antara kaummu yang tewas kerana cinta. Cinta itu tidak salah, tetapi memuja cinta itu yang salah. Ini karena disebabkan cinta manusia sanggup menjual agama dan karena cinta juga maruah tergadai. Gejala murtad serta keruntuhan moral muda-mudi sebahagian besarnya kerana cinta. Cinta itu mampu membutakan mata dan hatimu dalam membedakan perkara yang hak dan batil jika engkau meletakkan cinta itu atas dasar nafsu dan bukan karena Allah S.W.T. Sebelum engkau mendekati cinta, cintailah dirimu terlebih dahulu, mengkaji hakikat kejadianmu yang begitu simbolik, yang berasal daripada setetes air yang tidak beharga lalu mengalami proses pembentukan yang direncanakan oleh Allah S.W.T. Semoga itu mampu melahirkan rasa keagungan dan kehebatan terhadap Allah dan timbul rasa cinta dan kasih kepada Penciptamu.

Ukhtiku… Mencintai Allah dan Rasul melebihi cinta terhadap makhluk adalah cinta hakiki dan abadi karena hati yang pecah dan retak apabila diberikan kepada makhluk pastinya akan bertambah retak dan terburai. Tetapi, apabila hatimu diserah kepada Allah sudah pasti akan bertaut kembali. Dalam usia mudamu, sibukkanlah diri dengan ilmu yang mampu menajamkan akal dan mampu membina sahsiah muslimahmu. Sesungguhnya ilmu itu cahaya dan tidak mampu melekat dalam hati orang yang melakukan maksiat.

Akhir kalam, terimalah kata-kata seorang ahli sufi yaitu Rabiatul Adawiyah sebagai renungan bersama. “mencintai manusia itu tidak mewujudkan kebahagian yang hakiki untuk seorang insan dan ia tidak kekal abadi karena manusia itu sering membuatkan seseorang kecewa, gagal, merasa tersiksa. Oleh karena itu, tiada suatu cinta pun yang dapat membuahkan kebahagian dan kenikmatan yang kekal abadi kecuali cinta kepada pencipta manusia itu sendiri…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar