9 Jan 2011

Menunggu DPR Menjadi Dewan Pengadilan Rakyat

Menunggu DPR Menjadi Dewan Pengadilan Rakyat
OPINI T Eva Christine Rindu Mahaganti | 08 January 2011 | 12:36



Membaca banyaknya tulisan di Kompasiana dan status beberapa kawan FBers yang mengkritisi kasus Gayus, PSSI, konflik di tubuh Badan Kehormatan DPR, Korupsi dan bahkan tentang sikap pemerintah sekarang menghadapi berbagai kasus yang terus saja menohok hati bangsa ini, mendorong saya untuk mempertanyakan dimana sebenarnya hati nurani dan rasa malu para pemimpin negeri ini. Kok bisa-bisanya tidak berbuat apa-apa menghadapi masalah seperti ini?Hanya berseru seperti tong kosong yang nyaring bunyinya saja.


Lihat saja bagaimana SBY menyerukan untuk mengusut tuntas kasus Gayus yang bisa plesiran keluar negeri saat seharusnya mendekam sengsara dalam tahanan. Setelah itu apa? Apa SBY? Tolong jawab apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menyikapi kasus Gayus dan orang-orang yang memanfaatkan dan dimanfaatkan oleh Gayus? Kalian itu sedang ditelanjangi habis-habisan begitu, apa yang akan kalian lakukan hai pemerintah? Selain main pecat dan menurunkan jabatan bawahan?


Bagaimana tentang desakan arus-bawah yang menyuarakan Nurdin Halid untuk mundur dari PSSI? Apa tetap tidak peduli dengan prestasi timnas sepakbola yang tidak pernah sekalipun berjaya di masa pemerintahannya? Padahal aroma nepotisme serta politisasi dalam tubuh PSSI yang demikian menyengat telah sangat melukai semangat demokrasi.Tidak ada solusi. Tetap tidak ada solusi.


SBY tidak melakukan instruksi apapun, minimal menyuruh Menporanya Andi Mallarangeng untuk membereskan kemelut ini. Presiden kita yang lebih suka menciptakan lagu daripada mengatasi kekisruhan dalam negara itu, merasa kemelut dalam tubuh PSSI yang sudah meresahkan masyarakat ini, bukan urusannya. Terlalu sepele jika Presiden harus mengurusi kisruh di tubuh PSSI.


Ada benarnya pendapat itu kalau saja Menterinya, dalam hal ini Menporanya segera meresponi penolakan masyarakat atas Nurdin Halid itu. Namun sampai muncul Liga tandingan dan keluarnya beberapa klub sepakbola yang tadinya bernaung di bawah PSSI dan mendukung liga yang ditolak oleh PSSI itu, Menpora hanya mengatakan yang penting komunikasi. Padahal kalau Andi Mallarangeng bisa jeli melihat, itulah bukti nyata bahwa PSSI pemerintahan Nurdin Halid bukan hanya tidak didukung oleh rakyat, tetapi juga oleh klub-klub yang berdiam di bawahnya.


Betapa capeknya. Terlalu banyak masalah di negeri ini yang menunggu respon cepat dan nyata dari SBY sebagai kepala pemerintahan, namun dari begitu banyak masalah yang terjadi itu, tidak juga mendapat tanggapan yang berarti selain hanya seruan,seruan dan seruan yang tidak menghasilkan penyelesaian nyata.Masalah yang satu tidak terselesaikan, malah muncul masalah lainnya.


Apa yang salah dengan seruan seorang kepala negara yang seyogianya seperti titah raja yang sangat berkuasa dan ditaati oleh seluruh abdi dan rakyatnya itu? Namun jangankan ditaati, didengarkan saja tidak. Pernyataannya bukannya mengademkan suasana malah membuat masalah jadi semakin tajam dan runyam. Bukannya menjawab persoalan malah melemparkan masalah baru.


Masih segar dalam ingatan kita tentang RUUK Yogyakarta bukan? Bagaimana jawaban SBY malah menimbulkan kemarahan warga Yogyakarta dan menimbulkan rasa simpati dan dukungan rakyat dari berbagai daerah lain untuk mendukung Sultan Hamengku Buwono X? Pertanda apakah itu? Bahwa Presiden kita sudah tak dihargai lagi oleh rakyatnya? Atau bagaimana curahan hatinya di televisi nasional yang menunjukkan betapa resahnya dia ketika nyawanya terancam? Ia bahkan tidak sadar sedang mempertontonkan betapa lemahnya dia sebagai seorang presiden kepada rakyatnya yang justru sedang membutuhkan kekuatan dan perlindungan dari dirinya.Mungkinkah kita mendapatkan rasa aman dan nyaman pada orang yang sedang ketakutan?


Mungkin para pemimpin negara ini tidak menyadari bahwa peristiwa demi peristiwa menyedihkan yang terjadi belakangan ini di negara kita, telah menorehkan luka ke dalam hati rakyat. Apakah rakyat akan selamanya diam dalam bungkam dipermalukan dan dilukai seperti itu? Dijanjikan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih bermartabat, malah mendapatkan yang sebaliknya? Bukan rakyat yang semakin sejahtera, justru malah penguasa dan orang-orang terdekatnya yang semakin makmur,aman dan sentosa. Semakin tebal muka, kebal hukum dan kritikan.


Awalnya rakyat memang hanya ngedumel sendiri. Karena bosan bicara sendiri, mulai berani melancarkan kritik. Kritik tak didengarkan, mulai protes, lalu berkembang menjadi aksi bersama agar pemerintah mau mendengar dan bergerak. Bila pemerintah masih budeg dan tidak peduli juga, jangan salahkan bila nanti rakyat yang akan turun-tangan langsung menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi di negeri ini.


Rakyat yang sudah muak akan menjadi murka dan mulai main hakim sendiri. Jangan heran bila suatu hari nanti terjadi penjarahan massal dimana-mana karena rakyat miskin semakin banyak sementara harga barang konsumsi semakin meroket. Jangan terkejut bila nanti rakyat menghajar sendiri para koruptor,makelar kasus dan mafia hukum itu, karena aparat hukum tidak mampu bersikap dan bertindak adil dan benar. Jangan kaget lagi bila gedung dewan terhormat di negara ini akan diduduki oleh rakyat. Seperti peristiwa tahun 1998 lalu, bahkan bukan tidak mungkin akan lebih buruk dari itu, karena sudah demikian terakumulasinya kemarahan di negeri ini.


Kalau pemerintah tak sanggup lagi bertindak tegas dan kata-kata seorang Presiden hanya seperti angin lalu karena tak lagi mampu meredam dan menyelesaikan masalah di negeri ini, maka hanya soal waktu saja, DPR yang seharusnya merupakan kaki-tangan rakyat dalam menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi rakyat, akan diambil-alih oleh sang empunya kedaulatan sejati yaitu rakyat sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat itu akan berubah menjadi Dewan Pengadilan Rakyat. Mau bukti?


Teruslah bertikai para politisi, teruslah kalian memperebutkan kekuasaan dan mengamankan posisi. Teruslah permainkan hukum di negara ini hai kalian mafia hukum dan makelar kasus. Teruslah korupsi semua orang yang duduk di pemerintahan dan lembaga negara lainnya. Teruslah lakukan itu….Dan lihatlah nanti apa yang akan terjadi dengan negara ini kalau rakyat sudah benar-benar marah dan muak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar